Pages

Sunday 15 July 2012

Resensi Film : The Devil Wears Prada



RESENSI
Andrea Sachs(Anne Hathaway) biasa dipanggil Andy adalah seorang fresh graduate dari Northwesten University dan ia bercita-cita menjadi seorang jurnalis. Namun ia sudah melamar kesana-kemari tetapi belum mendapatkan pekerjaan. Setelah sekian lama akhirnya ia mendapat panggilan kerja di sebuah majalah fashion RUNWAY, RUNWAY dibawah manajemen Ellias-Carlke publication. Di sana ia bekerja sebagai asisten kedua(second assistant),Miranda Priestly(Merlyn Streep). Miranda adalah seorang Senior Editor yang sudah dianggap Legend di perusahaan tersebut.
Pada saat awal ia bekerja, ia sangat stres. Ia melakukan hal yang diluar batas seorang asisten seharusnya. Asisten yang biasanya 'cuma' harus mengankat telepon, mengatur jadwal bos dan mengetik sesuatu kini ia harus berlari-lari. Entah mengantarkan anak Miranda kesekolah, membelikan kopi, mengambil potongan sampel baju, Membawa mobilnya ke bengkel dan semacamnya. Ia juga dilarang untuk ke kamar mandi. Makan siang juga cuma 15 menit. Sangat ketat sekali peraturan di situ sampai ia hanya bisa istirahat hari sabtu-minggu.
Andy juga di pandang sinis oleh Asistem Utama,first asisstant, Emily Charlton karena gaya berpakaiannya yang tak fashionable, bajunya murahan dan tak punya rasa fashion.
Sampai suatu ketika ia dihadapkan pada situasi buruk. Ia dituntut Miranda untuk mengantarkan Miranda ke New York untuk melihat konser kedua putrinya dengan cara apapun dikarenakan pesawatnya gagal berangkat sebab cuaca buruk. Andy berusaha dengan segala cara untuk mendapatkan pesawat untuk Miranda pulang tetapi tak ada satupun perjalanan pesawat dikaremnakan tornado hebat. Konyolnya Miranda mengatakan bahwa cuacanya cuma rintik-rintik..
Karena ia tak bisa melaksanakan tugasnya, ia di caci habis-habisan oleh Miranda keesokan harinya meskipun dengan nada slow dan tidak membentak tetapi sangat menghujam sekali kata-katanya sampai membuat Andy menangis. Saat itulah ia sadar, ada sesuatu yang ia tak punya sehingga bosnya selalu menyalahkannya atas semua tindakannya. Rasa Fashion. Ia secara tidak langsung dipandang sebelah mata oleh Miranda karena ia selalu berpakaian 'ndeso' dan tidak sylish sama sekali. Lalu iapun ditolong oleh seorang Nigel(Stanley Tucci). Ia memberikan baju-baju sample model untuk Andy. Ia pun memakainya dalam bekerja. Setelah itu segala pekerjaan yang dibuatnya membuat Miranda sedikit terkesan. Ia mulai tidak sering memarahi Andy.
Suatu hari ia membuat kesalahan besar dalam pekerjaan. Saat ia ditugaskan mengembalikan buku dan jas Miranda tanpa terlihat, ia gagal. Miranda yang marah dan tak mau melihat Andy lagi memberikan Andy pekerjaan yang mustahil bagi dia. Membawakannya manuscript novel Harry Potter yang belum terbit dalam waktu 3 jam. Dalam kedepresiannya ia tertolong oleh sosok Christian Thompson(Simon Baker). Ia mempunyai script Harry Potter selanjutnya yang belum terbit dan segera andy membuat copy dari manuscript tersebut.
Setelah tugas itu, berturut-turut Andy bekerja dengan baik. Tugas-tugas yang diberikannya pun dikerjakannya dengan sempurna. Kini pekerjaan yang biasa dilakukan Andy(Menyimpan tas, mengambilkan barang ini itu dan membeli kopi dilakukan oleh Emily). Puncaknya Miranda, mengajak Andy untuk ikut fashion show Summer Fall di Paris yang awalnya ditujukan pada Emily namun kini beralih ke Andy. Saat Andy ingin memberitahu Emily tentang hal itu. Emily mendapat musibah. Ia tertabrak mobil dan kini di rumah sakit.
Andy sekarang berubah, ia lebih sering bergaul dengan jurnalis, para designer dan para model terkenal. Nate(Adrian Grenier) yang juga pacar Andy memutuskan untuk putus sebelum Andy berangkat ke paris.
Sesampainya di Paris, ia mendapat kabar dari Christian bahwa Miranda akan digantikan oleh seorang editor terkenal dari Paris. Ia berusaha untuk memperingatkan Miranda. Ternyata Miranda sudah tahu dan menyiapkan suatu rencana yang bisa dibilang 'licik' tetapi harus dilakukan untuk karirnya seterusnya.
Ending dari film ini, Andy keluar dari RUNWAY dan ia memberikan koleksi baju parisnya pada Emily. Dan Emily memberikan suatu wejangan bagi Next Emily di sampingnya. "Kamu memiliki sepatu yang besar untuk di isi" yang artinya kurang lebih Ia harus bekerja sebaik dan seperti sepatu pendahulunya/orang yang bekerja sebelumnya di tempat tersebut yaitu Andy.

REVIEW
Diangkat dari novel berjudul sama karya Lauren Weisberger, The Devil Wears Prada merupakan film Drama Romantik Komedi yang dapat dibilang agak seru. Mengisahkan seorang pencari kerja yang akhirnya memasuki dunia yang ia tak tahu sama sekali sebelumnya. Dan kini ia harus menghadapinya.Dalam film ini penonton dibuat menyelami dunia sebuah majalah fashion. Bagaimana keadaan didalamnya dan apa saja seluk beluk didalam dunia tersebut.
Bila dibandingkan dengan film-film lain yang mengangkat jenis yang sama, jenis film biografikal yang mengisahkan suatu keadaan/pekerjaan/kisah hidup/kultur/budaya suatu tempat secara mendalam, The Devil Wears Prada memang masih kalah. Film ini tidak seperti Memoris of Geisha yang mengkisahkan tentang kehidupan geisha di jepang secara melankolis, dalam, kritis sekali maupun The Last Samurai tentang samurai yang gagah, menegangkan, seru dan cool abis. Di sini sang sutradara mengkisahkan kehidupan dalam sebuah 'majalah fashion' dan kehidupan kerja didalamnya. Mulai dari kehidupan pekerja yang dituntut lari kesana-kemari, stres dan diamuk bos tergambar jelas dalam film ini.
Ada satu hal yang saya soroti di film ini. Merk. Berkali-kali kita disuguhi merk Kedai kopi terkenal,Starbuck. Saat Miranda memesan kopi, pasti Starbuck. Setiap kali Miranda mengalami waktu kosong, ia selalu meminta Andy membelikan kopi Starbuck sebagai pengisi waiting timenya. Entah itu merupakan suatu perjanjian kerja atau apa, namun menurut saya dengan adanya film ini Starbuck menjadi lebih terkenal.
Lalu Runway, sebenarnya memang ada perusahaan fashion merk RUNWAY, di Prancis. Entah ingin sama seperti novelnya atau supaya karena film itu perusahaan fashion juga RUNWAY, sama seperti perusahaan yang di Perancis supaya tenar atau bagaimana saya tak tahu.
Mengomentari akting, tak perlu ditanya lagi akting dari Anne Hathaway dan Merlyn Streep dalam FIlm ini. Keduanya sempurna sekali memerankan perannya masing-masing. Merlyn Streep sebagai bos yang berpakaian stylish dengan kata yang slow, enteng namun bila sudah mencaci, langsung seperti menghujam ke dada orang tersebut. Persis seperti setan namun mempunyai etika dan halus layaknya model. (Mungkin karena itu namanya Devil wears Prada)
Yang saya suka dalam film ini ada suatu kalimat puintis saat Nigel menasihati Andy."Kamu pikir ini sekedar majalah biasa? Ini pedoman fashion semua orang yang melahirkan artis-artis terkenal. Disini tempat dimana semua orang bekerja dengan keras. Kamu, hanya 'sudi' bekerja. Ketika kamu hanya bekerja setengah hati lalu menangis hanya karena seseorang tidak memberikan kecupan di kening."
Ending dari film ini,sebuah pesan disiratkan yang saya tangkap. Mungkin fashion merupakan sebuah tren dan identias seseorang. Memang benar seseorang dinilai dari penampilannya dan apa yang dipakainya tetapi bukan baju dan glamour make up namun bagaimana ia menjadi dirinya. Memilih apa yang baik dan berani menolak yang tak sesuai dengan dirinya. Sama seperti saat Andy memilih terus bekerja dengan Miranda dan mengalami hidup seperti saat dia sekarang atau pergi dan memulai hidup baru dengan pekerjaan baru. Dan ia akhirnya memilih mencari pekerjaan baru. Sangat puintis sekali.
Dalam film ini, selain disuguhi wejangan-wejangan, mata kita juga dapat menyaksikan 'peragaan busana' berbagai artis didalamnya. Dapat dibilang film ini mahal dibagian costumenya dan dapat dilihat pula dari setiap kostum yang dipakai, dapat diperkirakan costumnya tidaklah murah.
Overall, film ini tak begitu jelek namun mungkin terlalu tinggi bila dikatakan luar biasa. Cocok dilihat bersama pacar maupun teman.

Penilaian :
7/10 bintang


Thursday 5 July 2012

Resensi Film : Hachiko : A Dog's Story



RESENSI

Banyak kesetiaan yang telah didapatkan oleh seorang Professor Parker Wilson(Richard Gere) namun ia tidak menyangka bahwa bukan anak maupun istrinya yang memberikan kesetiaan itu melainkan sesosok anjing bernama Hachi.

Cerita bermula ketika Parker menemukan anjing kecil jenis akita yang terjatuh dari bak pengirimannya di stasiun Bedridge, Amerika Serikat. Tempat Parker biasa pulang dan pergi kerja. Karena kasihan, Parkerpun membawanya ke rumah sembari berusaha menemukan majikan anjing malang tersebut serta memberi nama anjing tersebut sesuai dengan tulisan dikalung leher anjing tersebut , Hachi (8 dalam bahasa Jepang). Setelah berhari-hari, ia tidak menemukan pemilik anjing tersebut dan Istri Parker,Cate Wilson(Joan Allen) berniat menjualnya. Akan tetapi melihat kebersamaan dan keakraban Hachi dan Parker, Cate mengurungkan niatnya dan kini membesarkan Hachi bersama Parker dan anaknya Andy Wilson(Sarah Roemer) hingga dewasa. Suatu hari, Hachi dewasa menunggu Parker di luar stasiun Bedbridge. Parker yang melihat Hachi menunggunya merasa senang. Sejak saat itu, Hachi selalu menunggu Parker sepulang dari kerja di depan Stasiun tersebut. Pegawai took buku disekitar stasiun, penjual kopi langganan Parker serta petugas kereta api merasa heran dengan tingkah laku Hachi namun, mereka merasa lucu dan senang karena setiap hari ada yang menemani bercanda bersama. Hachipun mulai dikenal oleh orang-orang sekitar stasiun dan menjadi bahan perbincangan orang banyak. Sampai suatu hari, Hachi mempunyai tingkah laku berbeda. Ia yang tidak pernah mau mengambil bola yang dilemparkan majikan pada umunya kini malah melakukan sebaliknya. Ia hari itu mengambil bola yang dilemparkan Parker, seolah ingin menghambat Parker untuk bekerja, ia ingin memberikan “kabar” pada Parker. Namun terlambat, trik Hachi untuk menghambat Parker kerja tidak berhasil, Parker akhirnya berangkat. Setelah beberapa saat Parker bekerja, “kabar” itupun terungkap. Parker yang sedang mengajar seni di Universitas tiba-tiba jatuh, ia terkena serangan jantung dan meninggal seketika. Ternyata selama ini Parker mempunyai penyakit jantung, Hanchi berusaha memperingatkan Parker tapi ia tak tahu. Sore harinya, Hachi menunggu Parker di stasiun, tetapi sampai pukul 17.00 ia tak melihat Parker sama sekali. Ia tak tahu bahwa Parker telah meninggal. Setelah kematian Parker, Cate Wilson menjual rumahnya dan Hachi tinggal dengan Andy Wilson beserta suaminya. Berulangkali Hachi pergi ke stasiun untuk kembali menunggu tuannya namun hasilnya tetap sama. Ia tidak mendapatkan tuannya sama sekali. Sampai suatu ketika Andy sudah capai mengejar Hachi terus terusan. Akhirnya ia membiarkan Hachi pergi. Musim berganti dan terus berganti. Hachi yang menunggu dan terus menunggu orang yang sangat di cintainya yang tak mungkin kembali. Sosok Parker baginya adalah tuan yang sangat baik hati. Kesetiaanya itu mengundang banyak kasihan dari warga sekitar yang kadang kala memberikan Hachi makan dan minum. Sampai suatu media mempublikasikan kisah kesetiaan Hachi tersebut dalam surat kabarnya. Cate Wilson yang mendengar kisah Hachi ingin melihat langsung keadaan Hachi sekarang. Saat dia samapai di depan Stasiun tersebut, ia menangis. Ia sangat terharu dengan kesetiaan Hachi pada tuannya. Ia mencoba untuk membawa pulang Hachi namun, Hachi tak ingin tetap di situ. Menunggu dan menunggu.

Sampai 10 tahun setelah kematian Parker, Hachi jatuh sakit. Dan akhirnya Ia meninggal. Dalam mimpinya sebelum meninggal ia menemukan majikannya. Ia langsung memeluk majikannya tersebut dan majikannya pun terlihat bahagia melihat Hachi.

REVIEW

Jangan bilang kamu setia sebelum melihat film ini. Film yang membawa bermacam-macam nilai kehidupan. Kesetiaan, harapan, cinta, kepatuhan, keakraban dan lain-lain tertampun dalam satu film berjudul, HACHIKO.

Pembuatan film ini diinspirasi dari kisah nyata seekor anjing bernama Hachiko yang hidup dalam rentang waktup tahun 1923-1935 di Jepang.Kisah yang disajikan dalam Hachiko: A Dog’s Story persis sama dengan kisah aslinya. Di Jepang, sebuah monumen berupa patung untuk mengenang kesetiaan Hachiko didirikan di depan Stasiun Shibuya.Seperti film tentang kesetiaan anjing lainnya, sebut saja "Lassie" (2005) dan "Marley and Me" (2009), film ini menyentuh sisi halus perasaan manusia. Bahkan bukan penggemar anjing pun yang menonton film ini bisa meneteskan air mata.

Film HACHIKO, sebenarnya sedikit membosankan ditengah. Kita banyak disuguhi adegan yang terkesan monoton. Parker dan Hachi bolak-balik ke stasiun. Bahkan kalau anda melihatnya di bioskop, mungkin anda sudah tertidur. Tetapi disinilah Sang Sutradara Lasse Hallstrom mempermainkan emosi penonton. Ia diawal cerita membuat penasaran dengan siapa sih tokoh HACHI itu? Perasaan penonton dibuat terpesona dan tertawa dengan kelakuan Hachi yang lucu, anjing yang imut-imut. Pokoknya menggemaskan. Lalu ditengah penonton dibuat terharu dengan kesetiaan Hachi dengan Parker dan langsung berbuah menjadi sedih saat Parker meninggal. Setelah itu perasaan penonton dibuat sedih dan terharu. Dan di endingnya sungguh, penonton dibuat menyiapkan tisu berulang-ulang. Adengan Parker bertemu dengan Hachi dalam mimpi terakhirnya membuat mata tak henti-hentinya meneteskan air mata. Ditambah lagi dengan Musik Score yang sangat apik oleh Jan A. P. Kaczmarek . Dengan perpaduan piano dan biola serta sedikit permainan harpa yang cantik, membuat hati siapapun terenyuh mendengar alulan lagunya yang cocok sekali untuk film Hachiko. Sumpah, saya mendengarkan Scorenya yang Japan sama Goodbye itu, rasanya sedih dan melayang gimana gitu.

Di sisi psikologi, Hachiko seakan mengajarkan pada penonton tentang kesetiaan yang sebenarnya. Kesetiaan bukanlah dinilai dari kata-kata yang diucapkan mulut saja. “Aku akan selalu setia”,”Aku akan selalu bersamamu” tetapi tanpa perkataanpun Sebuah kesetiaan, dapat di buktikan. Seperti Film Hachi ini.

Dalam film Hachiko ini, mungkin sebagian besar penonton tidak tahu bahwa kita juga diberi sebuah pengetahuan baru. Saat hachi menggonggong terus pada Parker dan seakan mengingatkan bahwa Parker mempunyai penyakit jantung, itu sebenarnya ada dalam sains. Anjing sebenarnya dapat mendeteksi sebuah penyakit dalam tubuh manusia dengan penciuman dan perasanya. Ia akan merasakan sebuah keanehan dalam tubuh manusia yang ternyata itu dalam sebuah penyakit. entah jantung, ginjal, paru-paru dan berbagai jenis penyakit dalam lainnya.

Keseluruhan film ini Bagus untuk ditonton oleh semua kalangan. Untuk anda yang suka film sedih dan sedikit drama film ini cocok untuk anda tapi bila anda tak suka film seperti itu sebaiknya anda jangan menontonnya.

Penilaian :

7.5/10