Pages

Wednesday 11 April 2012

Resensi Film : INTO THE WILD


RESENSI
Meski bukan akhir pekan, kali ini saya akan mengangkat cerita ke dalam sebuah resensi. Film kali ini adalah Into The Wild.
Apa yang akan anda lakukan bila anda sudah bosan hidup dengan segala tekanan dan hidup anda serasa seperti robot berjalan. Menjadi budak uang, pendidikan seperti syarat untuk sebuah pekerjaan, cinta hanya memandang materi? Seperti itulah hidup yang dialami oleh Alexander Christopher McCandles( Emile Hirsch) yang sepanjang petualangannya di alam liar bernama Alexander Supertramp. Ia yang telah sukses dengan gelar sarjana di Emory University, dengan nilai yang memuaskan, dan nantinya pasti akan mendapatkan pekerjaan. Ia merasa bahwa hidupnya yang seperti itu hanyalah kehidupan yang membosankan. Dia merasa manusia saat ini diperalat oleh uang, wanita, waktu dan kehidupan perkotaan yang penuh tekanan. Ia pun memutuskan untuk meninggalkan kehidupannya itu dan memilih untuk hidup di alam bebas.
Dengan batuan pamannya, ia pergi ke suatu padang luas di amerika dan memilih hidup disana. Ia membakar semua ID CARD, DEBIT CARD dan uangnya untuk hidup di alam liar. Ia lalu menemukan sebuah bus tua yang ditinggal pemiliknya dan tidur disana sementara. Selanjutnya ia berkeliling amerika, Las Vegas, Atlanta dan sebagainya. Ia menuruti kesenangan dirinya, dan ia merasa bebas tanpa aturan.
Dalam kehidupan barunya, Alex ia bertemu cinta yang sebenarnya. Tracy Tatro(Kristen Stewart), seorang gadis remaja yang menunjukkan rasa sukanya pada Alex. Ia menyukai kepribadian alex dan alexpun menyukai dia. Selama beberapa hari alex tinggal bersama Tracy kedua orang tuanya. Ia bermain musik bersama, bicara, api unggun dan bercengkrama layaknya seorang kekasih tetapi Alex harus pergi, karena ia harus menjalani kehidupan barunya.
Alex mendapatkan makanan dari bekerja di suatu ladang, bukan uang yang ia dapat namun makanan dan beras tetapi, setelah bosnya ditangkap polisi karena sebuah kasus ia harus berjuang mendapatkan makananya lagi dengan berburu dan mengambil makanan dari tumbuh-tumbuhan.Ia menjalani kehidupan itu lebih dari 9 minggu seperti itu dan merasa bebas tanpa tekanan dan diperbudak oleh uang. Tetapi kehidupan bebas tersebut tidak berlangsung lama, saat suatu saat ia sakit karena salah memakan tanaman yang dikiranya akar kentang rupanya tanaman beracun. Ia tak punya obat untuk menyembuhkannya dan Ia sangat lemah.

REVIEW
Diangkat dari kisah nyata seorang Christopher Alexander MacCandles, seorang lulusan sarjana di universitas yang sama yang meninggalkan hidupnya yang penuh tekanan untuk hidup dialam liar. Film ini sangat menarik, atau bahkan wajib ditonton bagi penyuka film lama dan penuh makna. Karena film ini sangat merepresentasikan kehidupan manusia sekarang teutama perkotaan yang selalu diperbudak oleh uang, penuh tekanan hidup dan konflik. tak disangkal lagi sutradara Sean Penn sangat apik menata adegan setiapa degan sehingga dapat di cerna oleh penonton. Adegannya pun bukan awal-ke akhir yang berjalan datar-datar saja namun, adegannya dipertengahan saat Alex memutuskan untuk hidup di alam liar ke akhir dan dengan selingan peristiwa sebelum ia memutuskan ke alam liar. Jadi adegannya sudah tertata dan luapan emosi dari setiap memori yang nampak di adegannya sangat tersampaikan dengan jelas. Bahkan saya, sampai menangis saat adegan terakhir Alex meninggal dan ia mengingat momen orang tuanya memeluknya untuk terakhir kali dan ayahnya merasakan bahwa ia seperti kehilangan sesuatu. Saya terharu sekali.
Untuk sinematograpi, patut diacungin 2 jempol, karena alam luas amerika, alaska tergambar dengan sempurna. Saat dingin, kita melihat salju di pegunungan, saat musim semi aliran sungainya pun tergambar derasnya. Bagus sekali..
Editing bagus, meskipun tak sebagus inception maupun the girl with the dragoon tatto.
Penokohan, aktingnya tidak usah dipertanyakan lagi, Emile Hirsch dan Kristen Stewart sangat apik dalam membawakan setiap karakter.Keseluruhan film ini bagus dan menyentuh. Boleh ditonton untuk semua kalangan..

Penilaian :
8/10 bintang

No comments:

Post a Comment